Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah menargetkan dapat mencapai Net Zero Emissions pada 2060 atau lebih awal. Pencapaian ini akan menjadi tonggak sejarah baru tanah air, yang membutuhkan koordinasi antara kebijakan, teknologi, ilmu pengetahuan, dan modal.
Selain itu, dibutuhkan keikutsertaan sektor industri yang memiliki peranan krusial dalam mendukung pemerintah mencapai NZE. Hal ini mengingat sektor industri dan turunannya merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar.
Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan, total emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor industri Indonesia mencapai 238,1 juta ton CO2e pada 2022. Angka ini meningkat dari 2021 yang sebesar 222,9 juta ton CO2e.Penggunaan energi pada sektor industri menjadi penyumbang emisi paling banyak, yakni 152,2 juta ton CO2e atau 64% dari total emisi GRK industri. Angka ini meningkat signifikan dari 2021 sebesar 125,1 juta ton CO2e.
“Sektor industri perlu meningkatkan upayanya dalam hal dekarbonisasi. Untuk dapat mencapai hal tersebut, sektor industri harus menjadi lebih elektrik dan lebih digital karena listrik adalah vektor yang paling efisien dan terbaik untuk dekarbonisasi. Sementara digital membangun masa depan yang cerdas dengan membuat sesuatu yang tidak terlihat menjadi terlihat, mendorong efisiensi dan mengurangi pemborosan energi. Kami menyebutnya Electricity 4.0,” ucap Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi.
Kabar baiknya adalah bahwa 70% emisi karbon dapat dihilangkan dengan teknologi yang tersedia saat ini melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas. Pada akhirnya akan berdampak positif terhadap kinerja dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
“Perusahaan perlu melakukan lebih dari sekadar membuat perubahan pada produk atau proses yang terkotak-kotakan. Transformasi yang sesungguhnya adalah bagaimana perusahaan mengubah model bisnisnya agar dapat mencapai dekarbonisasi, dan memastikan bisnisnya memiliki resistensi tinggi terhadap kondisi apapun,” jelas Roberto.
Kesalahan atau tantangan yang sering kali ditemui, padahal sangat menentukan dalam upaya mencapai target dekarbonisasi adalah ketepatan dalam menetapkan 2W1H yaitu What, When, dan How. Dampak yang terjadi adalah tercipta kesenjangan antara ambisi dekarbonisasi dengan aksi yang dibutuhkan untuk mencapainya. Bahkan, bila tidak segera diatasi, dampak yang lebih besar lagi adalah investasi yang dikeluarkan akan terasa memberatkan dibandingkan manfaat yang diberikan.
Untuk membantu perusahaan dalam menetapkan dan menjalankan aksi iklimnya, Schneider Electric membuat Panduan Dasar Dekarbonisasi Basic-Better- Best yang dapat diakses tanpa biaya.
Roberto menjelaskan, inisiatif ini merupakan bagian dari inisiatif Green Heroes for Life (GHfL) yang digalakkan Schneider Electric. Inisiatif ini merupakan upaya nyata Schneider Electric menjalankan komitmennya sebagai impact company, dengan membangun supporting ecosystem yang dapat memfasilitasi terwujudnya percepatan aksi iklim melalui aksi kolektif antara sektor swasta dan publik.
Panduan dasar dekarbonisasi dari Schneider Electric dibagi dalam tiga tingkat indikatif: Dasar (Basic), Lebih Baik (Better), dan Terbaik (Best). Panduan ini memberikan rekomendasi langkah-langkah yang dibutuhkan dari masing-masing tingkatan, mencakup lingkup komitmen, strategi komunikasi, komponen pelaporan. Juga langkah-langkah aksi yang dibutuhkan mulai dari langkah efisiensi, pengadaan energi terbarukan, offsetting, pembiayaan dan identifikasi risiko iklim dalam kegiatan operasional.
“Dengan pengalaman global lebih dari 18 tahun dalam menjalankan praktik sustainability, kami ingin membagikan pengetahuan, dan menciptakan kolaborasi yang memudahkan dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur. Dan kami mengundang siapa saja yang memiliki misi yang sama dengan kami untuk menjadi Impact Makers. Mari mengidentifikasi hambatan, memetakan dukungan yang diperlukan, dan membangun aliansi strategis untuk memudahkan dimulainya perjalanan keberlanjutan,” kata Roberto.
Untuk mendukung percepatan upaya dekarbonisasi di sektor industri, pada 2021 lalu, Schneider Electric meluncurkan layanan Sustainability Business Consulting yang terdiri dari para tenaga ahli di bidang kelistrikan dan sustainability untuk membantu para pelaku industri yang ingin memulai perjalanan dekarbonisasi dan sustainability-nya. Mulai dari melakukan assessment, memberikan rekomendasi teknologi dan membuat peta jalan, hingga membantu pengimplementasian dan monitoring.
“Hingga saat ini, kami telah dipercaya untuk membantu perjalanan sustainability dari perusahaan-perusahaan Fortune 500 secara global. Kami juga dipercaya untuk menyandang penghargaan Corporate Knights Global 100 list of Most Sustainable Corporations in the world untuk kedua belas kalinya secara berturut-turut,” pungkas Roberto.
[Gambas:Video CNBC](rah/rah)