Lumbung Kota: Berbagi Beras dan Gagasan

Suasana ketika Pasar Gratis Bandung dan kawan-kawan solidaritas lainnya mengadakan gerakan yang disebut Lumbung Kota di Taman Pasupati, Kota Bandung pada Sabtu, (02/03).

Suaramahasiswa.info, Unisba—Tepat di bawah jembatan pasupati pada sore hari (02/03),  sejumlah tunawisma sedang berkumpul mengelilingi sebuah tenda bertuliskan ‘Lumbung Kota’ di Taman Pasupati, Kota Bandung. Mereka menunggu giliran untuk mendapatkan beras gratis di tengah meroketnya harga pangan tersebut.

Pasar Gratis Bandung dan kawan kawan solidaritas lainnya mengadakan gerakan yang disebut Lumbung Kota. Adanya gerakan tersebut didasari karena kelangkaan beras pada saat ini, upaya uji coba untuk mengetahui apakah masih ada nilai-nilai untuk menghidupi orang lain. 

“Gerakan ini digelar untuk bereksperimen apakah masih ada kawan-kawan yang memiliki beras lebih untuk bisa disumbangkan agar bisa saling menghidupi satu sama lain,” kata Ghofar, salah satu perwakilan dari gerakan Lumbung Kota.

Pemerintah, menurut Ghofar, seharusnya bisa mengantisipasi kelangkaan dan lonjakan harga beras yang disebabkan karena perubahan cuaca ini. Salah satunya harapan bagi masyarakat adalah beras Bulog dari pemerintah, namun pendistribusiannya dinilai gagal. 

“Gerakan Lumbung Kota sama seperti lumbung padi di Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi, Jawa barat. Ketika memanen, beras mereka tidak langsung dibagikan atau dijadikan komoditas, tapi dijaga dengan amat sangat baik dan tertata,” katanya.

Selain membagikan beras, terdapat juga lapakan pakaian gratis, cukur rambut gratis, makan gratis dan lapakan buku serta zine dari kawan-kawan solidaritas. Ibu-ibu beserta anaknya sangat antusias memilih pakaian gratis yang dijajakan. Bukan hanya itu, terlihat seorang pemuda yang tengah dipangkas rambutnya sembari melihat jalanan yang ramai pada Sabtu malam tersebut.

Menurut Mayang, salah satu masyarakat yang hadir, dalam acara ini selain mendapatkan beras gratis, mereka juga bisa bersilaturahmi. Ia berharap acara seperti ini harus tetap ada dan berlanjut sampai ke depannya. 

“Pertama buat silaturahmi, kedua yaitu mendapatkan beras gratis, karena ibu kadang bisa kebeli beras kadang engga, makanya dikejar ke sini,” katanya.

Berbeda dengan Ghofar. Dia berharap gagasan-gagasannya bisa menyebar ke pada setiap masyarakat yang datang. “Kami muak aksi/gerakan kami disebut bagian agenda dari politik salah satu Paslon yang kalah,” pungkasnya.

Reporter: Muhammad Dwi Septian & Nabil Fadilah Budiman/SM

Penulis: Nabil Fadilah Budiman/SM

Editor: Tsabit Aqdam Fidzikrillah/SM

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *